I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Provinsi Nusa Tenggara Timur seringkali disebut sebagai Provinsi yang termasuk kategori paling miskin di Indonesia. Penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur diperkirakan saat ini berjumlah 4,446,433 jiwa (BPS NTT, 2007). Selama periode 1996-1999, jumlah penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami kenaikan yaitu 1.395.100 jiwa pada tahun 1996 menjadi 1.779.000 jiwa (46,73%) pada tahun 1999. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik pada Tahun 2003, jumlah penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun 2003 turun menjadi 1.165.900 jiwa dan pada Tahun 2004 turun lagi menjadi 1.152.100 jiwa.
Berdasaran data Komisi Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2008, dari 905.058 Rumah Tangga di Nusa Tenggara Timur terdapat Rumah Tangga Rentan sebanyak 187.899 (20,76%); Rumah Tangga Miskin sebanyak 297.983 (32,92%) dan Rumah Tangga Sangat Miskin sebanyak 137.224 (15,16%). Dengan terjadinya kenaikan harga BBM dan harga-harga bahan kebutuhan pokok lainnya menyebabkan rumah tangga rentan di Nusa Tenggara Timur berpotensi untuk jatuh ke dalam kondisi rumah tangga miskin sedangkan rumah tangga miskin akan terperosok masuk ke dalam kondisi rumah tangga sangat miskin.
Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain : sumber daya alam yang terbatas dan kondisi geografis yang rawan bencana; kualitas sumber daya manusia yang relatif terbatas serta kesenjangan alokasi pembangunan antar Daerah di Indonesia. Krisis multi dimensional dan berbagai kebijakan Pemerintah yang kurang pro rakyat miskin menyebabkan Nusa Tenggara Timur semakin sulit untuk menggeliat dari kemiskinan yang membelenggunya.
Apabila dipandang dari berbagai aspek secara komprehensif, sesungguhnya Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai peluang besar untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. Posisi geografis Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan 2 (dua) negara asing dan merupakan pintu gerbang internasional untuk wilayah Timur Indonesia mempunyai aspek politik dan ekonomi yang sangat besar nilai jualnya. Selain itu sumber daya alam laut yang belum dieksplorasi dan belum dikelola dengan baik sesungguhya mempunyai potensi untuk menunjang perekonomian Nusa Tenggara Timur.
Dengan memperhatikan berbagai faktor penyebab masalah dan potensi yang ada di Nusa Tenggara Timur maka Lions Club Kupang dan Yayasan Tabitha Jakarta bermaksud untuk memberikan pelayanan kesehatan dan pemberdayaan ekonomi bagi Masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini dipandang cukup efektif untuk mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai modal pembangunan. Lions Club Kupang dan Yayasan Tabitha Jakarta akan melaksanakan kegiatan Pengobatan Gratis bagi 5.000 orang warga masyarakat miskin, pemberian bahan pangan bagi anak balita kurang gizi, kursus singkat pengolahan bahan lokal bagi kaum perempuan dan penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkotika bagi generasi muda. Dalam pelaksanaan kegiatan Lions Club dan Yayasan Tabitha bekerja sama dengan Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia – Keuskupan Agung Kupang, Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan mengharapkan dukungan dari masing-masing Pemerintah Kabupaten yang akan menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
a. Kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud sebagai wujud kepedulian dan partisipasi Lions Club Kupang, Yayasan Tabitha, Perdhaki Keuskupan Agung Kupang dan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) NTT untuk ikut membantu meringankan beban warga miskin di Daratan Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur.
b. Proposal ini disusun dengan maksud untuk menjadi dasar pelaksanaan kegiatan serta memberikan gambaran kepada berbagai pihak mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan dan dukungan yang dibutuhkan.
2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan adalah :
a. Tujuan Umum
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
b. Tujuan Khusus
1) Terselenggaranya pengobatan gratis bagi 5.000 orang warga miskin di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.
2) Terpenuhinya kebutuhan gizi 2.500 orang anak bawah lima tahun (balita) dari keluarga miskin di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.
3) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan 1.000 orang perempuan dari keluarga miskin mengenai cara pengolahan bahan lokal yang tersedia di wilayah tempat tinggalnya untuk menjadi komoditi usaha ekonomi produktif.
4) Meningkatnya pengetahuan 1.500 orang generasi muda mengenai bahaya narkotika dan cara-cara pencegahan penyalahgunaannya.
II. PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT MISKIN
A. SEKILAS PROFIL NUSA TENGGARA TIMUR
1. Geografis
Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak pada 8° - 12° Lintang Selatan dan 118° - 125° Bujur Timur. Secara geografis, Nusa Tenggara Timur terletak di belahan paling Selatan Indonesia. Di bagian barat berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat, di sebelah utara berbatasan dengan Selat Makasar, di timur berbatasan dengan Provinsi Makuku dan Negara Republik Demokratik Timor Leste serta di selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Luas daratan di Provinsi ini 47.349,9 Km² dan luas lautan ± 200.000 Km².
2. Wilayah Administratif
Secara administratif, Provinsi Nusa Tenggara Timur terbagi atas 1 Kota dan 19 Kabupaten, masing-masing : Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Manggarai Barat, Sumba Timur, Sumba Barat dan Kabupaten yang baru pada Tahun 2007 yaitu Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Nage Keo dan Manggarai Timur.
3. Iklim dan Cuaca
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki iklim yang sangat tipikal. Musim penghujan relatif pendek (3-4 bulan dalam setahun) dengan rata-rata curah hujan berkisar 800 – 3.000 mm per tahun serta panjang hari hujan rata-rata 100 hari per tahun (BMG NTT, 2006). Suhu minimum dan maksimum berkisar antara 23o – 34o C. Iklim seperti ini menyebabkan Provinsi Nusa Tenggara Timur cenderung tergolong dalam iklim semi-arid (lahan kering).
4. Topografi
Kondisi topografi Nusa Tenggara Timur kurang menguntungkan. Semua pulau memiliki topografi yang dominan berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Lahan yang relatif datar umumnya memanjang sepanjang pantai atau diapit oleh dataran tinggi atau perbukitan. Lahan yang memiliki kemiringan di atas 40% mencapai 35,07% dari luas seluruh daratan. Begitu pula dengan lahan yang memiliki kemiringan 15 - 40% mencapai 35,46%. Dengan demikian, lahan yang relatif datar (kemiringan kurang dari 15%) hanya sebesar 29,47% dari luas seluruh daratannya.
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki keanekaragaman etnis. Terdapat lebih dari 20 ethno-linguistic groups yang tidak memiliki tradisi kebersamaan yang kokoh. Keterpisahan ini juga dipengaruhi oleh adanya pembatas-pembatas topografi perbukitan dan pegunungan, serta kondisi kepulauan.
5. Mata Pencaharian
Struktur ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur bersandar pada sektor pertanian dan jasa pemerintahan. Ini terlihat dari kontribusi setiap sektor terhadap PDRB. Sektor pertanian memberi sumbangan sebesar 37,69% yang kemudian diikuti dengan sektor jasa pemerintah sebesar 20,25%, sektor perdagangan sebesar 14,20%, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,76%, sektor bangunan dan kontruksi sebesar 6,5% sedangkan sektor lain sumbangannya kurang dari 5%.
B. KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi miskin yang dialami oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur utamanya disebabkan oleh terbatasnya modal sumber alam yang dapat dikelola dan modal fisik yang tidak menunjang kegiatan perekonomian. Kondisi ini semakin parah akibat rendahnya modal manusia (kualitas sumber daya manusia), seperti tingkat pendidikan yang rendah, tidak mempunyai keterampilan dan kesehatan yang buruk. Hasil penelitian Lembaga SMERU mengklasifikasikan kemiskinan dan kebutuhan masyarakat di Nusa Tenggara Timur dalam beberapa indikator. Kutipan data dan penjelasan ringkas mengenai kondisi kemiskinan di Nusa Tenggara Timur yang pernah dikemukakan oleh Lembaga Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur
Data BPS (2004) menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan masyarakat Nusa Tenggara Timur kurang dari sepertiga rata-rata masyarakat Indonesia. Pada tahun 2004, diperkirakan rata-rata pendapatan masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah sekitar Rp. 2,9 juta per orang per tahun, sedangkan pendapatan masyarakat Indonesia hampir mencapai Rp. 9,5 juta per orang per tahun. Survei sosial-ekonomi nasional BPS memperkirakan bahwa pada 2004 sekitar 1,152 juta atau 27,86% penduduk Nusa Tenggara Timur tergolong miskin. Kemiskinan ini diukur dari tingkat pengeluaran untuk konsumsi yang kurang dari garis kemiskinan, yaitu Rp. 102.635,- per kapita per bulan.
Hampir 90% dari penduduk miskin di Nusa Tenggara Timur berada di perdesaan dan 82% di antaranya bekerja di sektor pertanian. Meskipun dalam lima tahun terakhir jumlah penduduk miskin terus menurun, angka kemiskinan pada Tahun 2004 tersebut masih jauh di atas angka kemiskinan nasional, yaitu 16,66%. Selain itu, sebaran tingkat pengeluaran di antara penduduk miskin juga memperlihatkan bahwa proporsi penduduk miskin yang tingkat pengeluarannya jauh di bawah garis kemiskinan ternyata lebih besar dibandingkan tingkat nasional. Hal ini mencerminkan parahnya kondisi kemiskinan di Nusa Tenggara Timur.
2. Kondisi Pendidikan di Nusa Tenggara Timur
Beberapa indikator yang terpilah menunjukkan adanya persoalan ketimpangan gender dan akses penduduk miskin dalam bidang pendidikan. Meskipun secara umum pencapaian pendidikan meningkat, ketimpangan pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan justru meningkat. Selain itu, angka partisipasi sekolah dan putus sekolah memperlihatkan ketimpangan akses antara masyarakat miskin dan tidak miskin, khususnya pada anak usia 13-15 tahun (SMP). Beberapa faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap rendahnya tingkat pendidikan di Nusa Tenggara Timur adalah rendahnya pendapatan keluarga dan jarak ke sekolah, khususnya bagi murid SMP dan SMA, karena sekolah terletak di ibukota kecamatan. Hal yang semakin mengurangi akses anak perempuan untuk bersekolah adalah faktor keamanan, dan adat lokal yang kurang menghargai pendidikan untuk anak perempuan.
Kualitas guru dan mutu kurikulum yang rendah juga menghambat perkembangan kemampuan siswa, sedangkan masalah kekerasan terhadap murid menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang menyenangkan dan anak-anak menjadi malas bersekolah. Program pendidikan pada era Orde Baru lebih menekankan pada pembangunan infrastruktur dan kurang melibatkan masyarakat sehingga masyarakat kurang memedulikan pemeliharaan sarana (gedung) sekolah dan kurang memberikan dorongan belajar bagi anak-anak. Masalah kualitas pendidikan juga dihadapkan pada masalah klasik menyangkut distribusi guru yang tidak merata, yang menyebabkan kebanyakan guru berada di daerah perkotaan.
3. Kondisi Kesehatan di Nusa Tenggara Timur
Di bidang kesehatan, Nusa Tenggara Timur dihadapkan pada masalah penyakit menular (khususnya malaria dan TBC), tingginya kematian ibu melahirkan, dan kematian bayi. Tingginya kasus malaria dan TBC memengaruhi kondisi kesehatan dan produktivitas masyarakat serta menyebabkan tingginya kematian ibu melahirkan. Tingginya kematian ibu melahirkan juga dipengaruhi oleh cara pertolongan persalinan, ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan masih kurang memadai. Beberapa hasil analisis mengungkapkan kurangnya pendekatan preventif jangka panjang dalam penanganan masalah gizi buruk dan kematian ibu melahirkan, karena permasalahan tersebut juga dipengaruhi oleh adat/kebiasaan masyarakat. Beberapa kebiasaan dalam cara memberi makan bayi yang kurang bersih dan pola konsumsi makanan yang kurang bergizi juga memengaruhi kematian bayi dan gizi buruk pada anak-anak.
4. Kondisi dan Perkembangan Perekonomian di Nusa Tenggara Timur
Salah satu faktor utama yang memengaruhi kemiskinan adalah perkembangan ekonomi daerah. Data memperlihatkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2005 turun menjadi 3,1% dari 4,8% pada tahun 2004 (BPS NTT, 2006). Nilai ini jauh lebih kecil dari pertumbuhan nasional Indonesia, yaitu 5,6% pada 2005 dan 5,1% pada 2004. Penurunan laju pertumbuhan ini mengkhawatirkan karena kemungkinan hal ini berhubungan kuat dengan melemahnya laju penurunan proporsi penduduk miskin.
Di sisi penyerapan tenaga kerja, hanya terjadi sedikit pergeseran penyerapan tenaga kerja antarsektor. Dilihat dari kontribusi sektoral dalam PDRB juga hampir tidak ada perubahan yang berarti, bahkan ada sedikit penurunan pada kontribusi sektor industri pengolahan dan sedikit peningkatan kontribusi sektor perdagangan, jasa pemerintahan umum, dan subsektor perternakan. Pertumbuhan sektoral tahun 2000-2004 juga memperlihatkan bahwa sektor jasa pemerintahan umum, pengangkutan dan telekomunikasi, dan perdagangan merupakan tiga sektor dengan tingkat pertumbuhan yang paling tinggi. Perkembangan sektor jasa juga masih terlalu kecil dan cenderung rapuh karena tidak didukung oleh sektor industri yang menciptakan nilai tambah bagi sektor pertanian. Sementara itu, peningkatan kontribusi sektor jasa pemerintahan umum memperlihatkan besarnya peranan pengeluaran pemerintah dalam menggerakkan perekonomian.
5. Pelayanan Keuangan Mikro (LKM) di Nusa Tenggara Timur Timur
Pelayanan keuangan mikro di Nusa Tenggara Timur telah diberikan oleh lembaga keuangan formal bank dan nonbank (koperasi dan pegadaian), lembaga keuangan nonformal, program pemerintah, dan lembaga keuangan informal. Namun jumlah pelayanan bank terbilang minim. Ketersediaan layanan bank umum di Nusa Tenggara Timur masih jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Hasil studi SMERU yang dilaksanakan tahun 2004 di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Manggarai menunjukkan bahwa sulitnya golongan miskin mengakses pelayanan bank dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Bentuk layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin
b. Persyaratan pinjaman yang ketat
c. Minimnya jumlah kantor bank di tingkat lokal
d. Pinjaman dari bank cenderung hanya dapat diakses oleh golongan berpenghasilan tetap (golbertap) atau yang memiliki usaha.
e. Pelayanan keuangan mikro untuk golongan miskin umumnya diberikan dalam bentuk kredit, terutama untuk usaha non pertanian.
Kredit yang diberikan pemerintah kebanyakan diberikan dengan sistem dana bergulir (revolving fund), dengan waktu pengembalian yang sangat singkat, yaitu maksimal satu tahun. Hal ini membuat terbatasnya ketersediaan modal usaha dan menghambat perkembangan usaha golongan miskin. Idealnya, pengembalian dana dan rotasi perguliran dana adalah sekitar tiga hingga lima tahun. Selain itu, kredit usaha sering kurang dapat diakses petani karena skema kredit yang tersedia tidak sesuai dengan pola kegiatan usaha tani.
Hasil kajian SMERU juga mengungkapkan fakta bahwa cukup banyak dana kredit usaha yang ternyata tidak dipakai untuk kepentingan usaha. Dalam kondisi produksi terbatas dan berfluktuasi, masyarakat miskin justru memerlukan kredit untuk menutup berbagai pengeluaran darurat yang tidak terkait langsung dengan usahanya. Mereka memerlukan pelayanan keuangan yang dapat menjaga keamanan pangan dan menyediakan investasi jangka panjang di bidang pendidikan dan perumahan. Ketersediaan kredit untuk tujuan non usaha seperti ini diperlukan masyarakat miskin agar aset produktifnya dapat dipertahankan dan usahanya dapat tetap berjalan.
6. Kondisi Budaya di Nusa Tenggara Timur
Faktor dan kondisi budaya di Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu penyebab kemiskinan ternyata menimbulkan berbagai sikap dan pendapat, baik yang pro maupun yang kontra. Studi SMERU di Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, menemukan adanya berbagai macam pendapat menyangkut soal belis (Mawardi 2006). Salah satu pendapat yang paling banyak dikemukakan oleh masyarakat dalam komunitas yang diteliti adalah menyangkut pengaruh belis terhadap kondisi kesejahteraan keluarga. Pada umumnya masyarakat, terutama dari generasi muda, merasa belis sebagai suatu beban yang harus dipenuhi terutama pada saat perkawinan dan kematian. Beban ini dirasakan memberatkan perekonomian keluarga, terutama bagi keluarga miskin, karena terbatasnya aset yang mereka miliki untuk melunasi belis.
Kondisi miskin dan beban berat yang dialami oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur sangat dirasakan oleh perempuan, anak-anak dan lanjut usia yang merupakan kelompok paling rentan. Dampak kondisi miskin tersebut menimbulkan berbagai masalah baru, seperti keterlantaran, anak-anak putus sekolah karena ketiadaan biaya, pekerja anak, gizi buruk dan tindak kekerasan dalam rumah tangga. Untuk menangani masalah-masalah tersebut dibutuhkan dukungan dari semua pihak dan diperlukan anggaran yang sangat besar.
III. RENCANA KEGIATAN
Berdasarkan pertimbangan terhadap berbagai kondisi kemiskinan di Nusa Tenggara Timur maka Tim Kerja menetapkan bahwa kegiatan yang akan diselenggarakan untuk masyarakat miskin di Nusa Tenggara Timur adalah pelayanan kesehatan, pemberian bahan pangan pokok bagi balita gizi buruk, kursus singkat pengolahan bahan lokal bagi kaum perempuan dan penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkotika. Sasaran pelayanan dan rincian kegiatan diuraikan pada point-point selanjutnya.
A. SASARAN PELAYANAN
Sasaran pelayanan dalam kegiatan Pengobatan Gratis dan Bakti Sosial yang akan dilaksanakan oleh Tim Kerja adalah :
1. Orang sakit yang berasal dari keluarga miskin, sebanyak 5.000 orang dengan rincian :
a. Kabupaten Kupang : 2.000 orang
b. Kabupaten Timor Tengah Selatan : 1.000 orang
c. Kabupaten Timor Tengah Utara : 2.000 orang
2. Ibu-ibu dan Remaja Putri dari keluarga miskin, sebanyak 1.000 orang dengan rincian :
a. Kabupaten Kupang : 400 orang
b. Kabupaten Timor Tengah Selatan : 200 orang
c. Kabupaten Timor Tengah Utara : 400 orang
3. Anak bawah lima tahun (Balita) kurang gizi dari keluarga miskin, sebanyak 2.500 orang dengan rincian :
a. Kabupaten Kupang : 1.000 orang
b. Kabupaten Timor Tengah Selatan : 500 orang
c. Kabupaten Timor Tengah Utara : 1.000 orang
4. Generasi muda (pelajar, mahasiswa dan pemuda) di Kota Kabupaten, sebanyak 1.000 orang dengan rincian :
a. Kabupaten Kupang : 600 orang
b. Kabupaten Timor Tengah Selatan : 300 orang
c. Kabupaten Timor Tengah Utara : 600 orang
B. JENIS PELAYANAN DAN KEGIATAN
Pelayanan dan kegiatan yang akan diselenggarakan oleh Tim Kerja adalah :
1. Pengobatan Gratis bagi 5.000 orang warga masyarakat miskin.
Pengobatan ini terdiri dari :
a. Perawatan Kesehatan dan Pengobatan terhadap penyakit-penyakit umum
b. Operasi Bibi Sumbing
c. Operasi Hernia
d. Operasi Katarak
e. Perawatan dan Cabut Gigi
2. Pemberian bahan pangan pokok untuk pemenuhan gizi 2.500 orang balita terlantar.
Bahan pangan yang akan disediakan adalah :
a. Beras
b. Kacang Hijau
c. Ikan kering/ikan kaleng
d. Susu
e. Kecap
f. Garam Yodium
g. dll
3. Pelatihan Singkat Pengolahan Bahan Lokal bagi 1.000 orang kaum perempuan dari keluarga miskin.
Jenis bahan lokal yang akan diolah adalah :
a. Asam
b. Ikan
4. Penyuluhan mengenai Bahaya dan Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika bagi 1.500 orang Generasi Muda.
C. TENAGA PELAKSANA
Tenaga Pelaksana untuk kegiatan ini adalah Tim Kerja yang anggotanya berasal dari :
1. Lions Club Kupang (LCK Komodo, LCK Cendana Host, LCK Flobamora)
2. Yayasan Tabitha Jakarta
3. Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) Keuskupan Agung Kupang dan Keuskupan Atambua
4. Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Nusa Tenggara Timur, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara
5. Instansi terkait tingkat Provinsi dan Kabupaten
D. LOKASI KEGIATAN
Kegiatan akan dilaksanakan di 5 (lima) lokasi pada 3 Kabupaten di Daratan Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rincian lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Timor Tengah Utara (2.000 orang)
a. Kecamatan Noemuti - Desa Naob (dan sekitarnya) : 1.000 orang
Lokasi Kegiatan : Panti Rehabilitasi Kusta “Maria Pembantu Abadi” - Naob
b. Kecamatan Noemuti – Desa Noemuti (dan sekitarnya) : 1.000 orang
Lokasi Kegiatan : Desa Noemuti
2. Kabupaten Timor Tengah Selatan (1.000 orang)
Kecamatan Mollo Utara – Desa Kapan (dan sekitarnya) : 1.000 orang
Lokasi Kegiatan : Desa Kapan
3. Kabupaten Kupang (2.000 orang)
a. Kecamatan Amarasi Selatan – Desa Buraen (dan sekitarnya) : 1.000 orang
Lokasi Kegiatan : Paroki Buraen
b. Kecamatan Kupang Barat - Desa Oematnunu (dan sekitarnya) : 1.000 orang
Lokasi Kegiatan : Desa Oematnunu
E. JADWAL KEGIATAN
1. Survei Awal
27 – 29 April 2008
Kota Kupang, Kab. Kupang, TTS, TTU
2. Rapat Koordinasi Awal antara Lions Club, Yys. Tabitha, Tagana NTT dan Pemerintah Prov. NTT
29 April 2008
Kota Kupang
3. Pembentukan Panitia (Tim Kerja)
3 Mei 2008
Kota Kupang
4. Pembagian Tugas Panitia (Tim Kerja)
10 Mei 2008
Kota Kupang
5. Inventarisasi kebutuhan masyarakat serta kekuatan dan sistem sumber yang dimiliki oleh Tim Kerja
11 Mei s/d 30 Juni 2008
Kota Kupang, Kab. Kupang, TTS, TTU
6. Persiapan administrasi dan surat menyurat
1 – 8 Juli 2008
Kota Kupang
7. Rapat koordinasi lanjutan
9 Juli 2008
Kota Kupang
8. Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten, Instansi terkait dan Penanggung jawab kegiatan di masing-masing lokasi serta Penyampaian proposal kepada para calon donatur
14 – 21 Juli 2008
Kota Kupang, Kab. Kupang, TTS dan TTU
9. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan serta Menghimpun dukungan dari Instansi terkait dan para donatur
14 Juli s/d 31 Agustus 2008
Kota Kupang, Kab. Kupang, TTS dan TTU
10. Pendaftaran calon pasien operasi
14 – 31 Juli 2008
Kab. Kupang, TTS dan TTU
11. Pengiriman data calon pasien operasi
1 Agustus 2008
Kab. Kupang, TTS dan TTU
12. Persiapan Lokasi
1 – 6 September 2008
Kab. Kupang, TTS dan TTU
13. Kedatangan Tim Kerja dari Yayasan Tabitha Jakarta
7 September 2008
Kota Kupang
14. Pelaksanaan kegiatan Pengobatan Gratis dan Bakti Sosial
- Desa Naob, 8 September 2008, PRPK Naob, Desa Naob – Kec. Noemuti
- Desa Noemuti, 9 September 2008, Desa Noemuti – Kec. Noemuti
- Desa Kapan, 10 September 2008, Desa Kapan – Kec. Mollo Utara
- Desa Buraen, 11 September 2008, Paroki Buraen, Desa Buraen – Kec. Amarasi Selatan
- Desa Oematnunu, 12 September 2008, Desa Oematnunu – Kec. Kupang Barat
15. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Pemerintah Prov. NTT
13 September 2008
Kota Kupang
16. Tim Kerja dari Yayasan Tabitha kembali ke Jakarta
14 September 2008
17. Rapat Evaluasi dan Pertanggungjawaban keuangan oleh Tim Kerja NTT
21 September 2008
Kota Kupang
F. BIAYA
Biaya yang dibutuhkan oleh Tim Kerja NTT untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp. 171.930.000,- (Seratus Tujuh Puluh Satu Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah). Biaya ini utamanya akan digunakan untuk :
1. Penyediaan bantuan bahan pangan pokok untuk balita gizi buruk
2. Konsumsi Tim Kerja di lokasi kegiatan
3. Operasional lapangan (bahan bakar kendaraan, mobilisasi peralatan, dll)
4. Operasional Taruna Siaga Bencana NTT (uang saku dan transport)
5. Konsumsi Penyuluhan bagi generasi muda
6. Penyebarluasan informasi
7. Penggandaan dan biaya pengiriman surat-surat
G. SUMBER FISIK YANG TELAH TERSEDIA
Sumber fisik yang dimiliki oleh Tim Kerja Gabungan adalah sebagai berikut :
1. Tenaga Dokter dan Paramedis, 20 orang
- Yys Tabitha : 10 org
- PERDHAKI : 10 org
2. Tenaga Pelaksana Manajemen Kegiatan
10 orang
Lions Club Kupang
3. Tenaga Operasional Lapangan
50 orang
- TAGANA NTT : 20 org
- TAGANA TTS : 10 orang
- TAGANA TTU : 20 orang
4. Tenaga Pelatih Pemberdayaan Ekonomi untuk kaum perempuan
5 orang
Yayasan Tabitha Jakarta
5. Tenaga Penyuluh untuk generasi muda
10 orang
- Yys Tabitha : 5 org
- Lions Club Kupang: 5 org
6. Obat-obatan umum
5.000 paket
Yayasan Tabitha Jakarta
7. Obat-obatan untuk pasien operasi
1.000 paket
Yayasan Tabitha Jakarta
8. Peralatan Pengobatan dan Operasi
- Yayasan Tabitha Jakarta
- PERDHAKI Kupang
9. Dana operasional kegiatan
- Yayasan Tabitha Jakarta
- Lions Club Kupang
H. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
Tim Kerja menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatan ini sangat dibutuhkan dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten serta berbagai pihak terkait. Jumlah sasaran pelayanan yang cukup besar dan jangkauan wilayah pelayanan yang cukup luas memerlukan koordinasi yang intensif dalam persiapan pelaksanaannya. Oleh karena itu, dukungan yang dibutuhkan oleh Tim Kerja antara lain :
1. Peralatan medis
2. Peralatan lapangan (tenda, meja, kursi, pengeras suara, peralatan dapur umum, dll)
3. Kendaraan operasional
4. Bahan pangan pokok untuk balita terlantar
5. Dana
6. dll
IV. PENUTUP
Semua rencana dan tahapan kegiatan ini sudah disiapkan oleh Tim Kerja yang terdiri dari Lions Club Kupang, Yayasan TABITHA, PERDHAKI Keuskupan Agung Kupang, TAGANA NTT dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perhatian dan dukungan Pemerintah Daerah sangat penting untuk kelancaran dan pencapaian keberhasilan kegiatan. Dukungan yang diharapkan tidak hanya dalam bentuk anggaran/dana tetapi juga pemberian ijin untuk pelaksanaan kegiatan, masukan/saran pendapat yang konstruktif dan keterlibatan aparat dalam setiap sesi kegiatan.
SUSUNAN PANITIA
1. Ketua
L. Lusia A. Lebu Raya
LCK Cendana Host
2. Wk. Ketua I
L. Edy Lauw
LCK Flobamora
3. Wakil Ketua II
L. Mieke R. Therik
LCK Komodo
4. Sekretaris I
L. Tota Oceanna Z.
LCK Komodo
5. Sekretaris II
L. Regina Nailiu
LCK Komodo
6. Bendahara I
L. Yoseph
LCK Flobamora
7. Bendahara II
L. Gale
LCK Komodo
8. Seksi Pelayanan Medis
- dr. Herly Soedarmadji
LCK Komodo/PERDHAKI Kupang
- dr. Mega
PERDHAKI Atambua
9. Seksi Akomodasi
- L. Biantoro Chandra - LCK Flobamora
- L. Ita -LCK Cendana Host
- L. Asjad - LCK Komodo
10. Seksi Konsumsi
- L. Veronica P. Siung - LCK Komodo
- L. Misyati Yahya - LCK Komodo
11. Seksi Humas dan Publikasi
- L. Slamet Abubakar - LCK Komodo
- Djamaludin Baria - TAGANA NTT
Dibantu oleh semua anggota TAGANA Kupang, TTS dan TTU
12. Seksi Dana
- L. Sabarhati H. Tarigan - LCK Komodo
- L. Nina Khadir - LCK Komodo
- L. Tessa - LCK Cendana Host
- L. Johana Lada - LCK Cendana Host
- L. Yongky - LCK Flobamora
- L. Sianto - LCK Flobamora
13. Seksi Transportasi dan Mobilisasi
L. Leo Nisnoni
LCK Komodo
14. Tenaga Operasional Lapangan
(50 orang)
TAGANA NTT, TTS dan TTU
Ø TAGANA Kupang : 20 org
Ø TAGANA TTS : 10 org
Ø TAGANA TTU : 20 org
SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN CALON PASIEN OPERASI
OPERASI KATARAK
- Laki-Laki atau Perempuan
- Usia di atas 50 tahun
- Ketajaman penglihatan benar-benar menurun
- Bagi calon pasien yang menderita diabetes maka kadar gula darahnya harus dalam keadaan terkontrol
OPERASI HERNIA
- Laki-laki
- Usia maksimal 50 tahun
OPERASI BIBIR SUMBING
- Laki-laki atau perempuan
- Usia maksimal 18 tahun
Good Luck
BalasHapus