VARANUS KOMODOENSIS STILL SERVE

29 Agustus 2011

GOOD INTEGRITY FOR A NICE PERSONALITY

“If you are in Rome, do as the Romans do”

Dalam pekerjaan, kegiatan atau kehidupan secara umum setiap hari, banyak orang mengalami masalah dalam hubungannya dengan orang lain.  John Rockefeller mengatakan “Saya bersedia membayar lebih untuk kemampuan berhubungan dengan orang lain dibanding kemampuan kerja lapangan lainnya”.  Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa hubungan antar manusia sangat berharga dan berarti dibandingkan kemampuan lain yang dimiliki.

Kesuksesan menjalani hidup sangat tergantung pada seberapa besar seseorang berusaha membentuk kepribadiannya menjadi pribadi yang menyenangkan, menarik dan memiliki kharisma.  Keperibadian yang menarik membuat orang lebih mudah menjalin suatu persahabatan dan lebih mudah menjalin kerja sama dengan lingkungan di manapun ia berada.  Kepribadian menjadi lebih menarik apabila didukung dengan perilaku positif dalam segala situasi secara konsisten (integrity).

Untuk tampil sebagai pribadi yang menarik dibutuhkan “ketulusan dalam bersikap” dan bukan kepura-puraan.  Sikap baik yang tidak didasari dengan sikap tulus hanya akan bertahan sesaat.  Apabila seseorang memiliki rasa empati (empaty) dan kasih (love) terhadap orang lain maka sikap baiknya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama dan tersimpan dalam ingatan selamanya.  Di samping itu, kemampuan untuk dapat memahami dan melayani orang lain hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sikap rendah hati (humility), tidak bersifat temporer dan terbawa selamanya dalam pribadi yang mengutamakan integritas dalam kehidupannya (the wholeness).  Manfaat pemahaman terhadap orang lain adalah :
1.       Membuat seseorang disegani, dihormati dan disenangi oleh orang lain.
2.       Mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan orang lain (better human relation).
3.       Memberi keyakinan pada diri sendiri setiap kali menghadapi orang lain.
4.       Dapat memelihara suasana yang baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, organisasi, dsb.
5.       Meningkatkan citra diri.

Sikap baik yang tulus sebenarnya menunjukkan betapa seseorang mencintai dan menghargai dirinya sendiri, seperti dikatakan oleh Benjamin Franklin “Jika seseorang bersikap baik terhadap orang lain maka sebenarnya ia bersikap terbaik pada dirinya sendiri”.

CIRI-CIRI ORANG YANG MENGHARGAI ORANG LAIN
  • Memiliki rasa percaya diri pada waktu menghadapi masyarakat dari tingkat manapun.
  • Komitmen terhadap semua keputusannya dan memahami konsekuensinya.
  • Segala tingkah laku dan ucapannya mencerminkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
  • Sopan, ramah, selalu menunjukkan sikap yang menyenangkan dan bersahabat terhadap siapa saja.
  • Dapat menguasai diri dan selalu berusaha untuk tidak menyinggung perasaan, menyakiti atau mengganggu pikiran orang lain.
  • Sedapat mungkin berusaha untuk tidak membuat orang lain kecewa, gusar, apalagi membuat marah, meskipun dirinya sedang dalam keadaan emosi yang negatif.

LANGKAH-LANGKAH MEMBENTUK KEPRIBADIAN YANG POSITIF DAN MEMILIKI INTEGRITAS

1.       Antusias dan Bertanggungjawab (Sense of Responsibility)
Perilaku yang bertanggungjawab adalah perilaku yang memiliki kemampuan pertanggungjawaban dan mencerminkan kematangan sikap.  Penerimaan terhadap “tanggung jawab” adalah refleksi dari sikap seseorang dan lingkungan di mana ia berada, dengan penuh pertimbangan.  Orang yang tidak mau menerima tanggung jawab cenderung membebankan kesalahan kepada orang lain atau lingkungan, bahkan kepada Tuhan.  Orang yang bertanggungjawab juga akan menunjukkan sifat suka dan berani berkorban.  Perilaku bertanggungjawab hendaknya dibentuk sejak masa kanak-kanak.
Dalam kegiatan organisasi, perilaku antusias dan bertanggung jawab merupakan salah satu sikap profesional.  Dengan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi seseorang akan melaksanakan tugas yang diberikan secara tuntas sehingga membuahkan hasil akhir yang memuaskan, baik terhadap atasan, rekan kerja maupun masyarakat yang dilayani karena ia lebih berorientasi pada hasil akhir (final result orientation).

2.       Perhatian (Sense of Caring)
Pikiran yang penuh perhatian memiliki perhatian dan menunjukkan sikap peduli, baik terhadap orang lain maupun lingkungannya, dan bukan hanya kepentingan dirinya sendiri.  Hanya orang-orang yang tidak didominasi sikap egosentris yang memiliki kepekaan terhadap kepentingan orang lain dan sekitarnya.  Apabila seseorang memiliki sikap penuh perhatian maka ia akan mampu menganalisa situasi secara tepat.  Kalau seseorang ingin memiliki sahabat maka ia harus menjadi seorang sahabat.

3.       Memilih kata-kata dengan cermat (Choice of Words)
Selain mencerminkan sikap, kata-kata yang diucapkan selalu mempunyai kemungkinan menyakitkan perasaan dan merusak hubungan dengan orang lain.  Lebih banyak orang yang tersakiti karena pemilihan kata-kata yang tidak tepat dibandingkan yang disebabkan oleh bencana atau malapetaka.  Bersikaplah bijaksana dengan mengetahui apa yang boleh dikatakan dan apa yang tidak perlu dikatakan.  Orang bodoh berbicara tanpa berpikir, orang yang bijaksana berpikir sebelum berbicara (think before talk).  Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah dalam organisasi akan sangat tergantung pada sejauh mana pikiran bijak seseorang dalam menyampaikan sanggahan atau dalam menyampaikan solusi.  Membiasakan menggunakan “kata-kata ajaib” (magic world) dapat membuat senang orang yang mendengarnya, misalnya : tolong, maaf dan terima kasih.

4.       Kebiasaan mengkritik dan mengeluh (Judge mental)
Kritik yang benar adalah kritik yang dilontarkan bersamaan dengan keinginan untuk membantu dan bukan menjatuhkan.  Bila ingin mengkritik orang lain, kritik perilakunya dan bukan pribadinya, lalu berikan solusinya.  Banyak orang cenderung ingin mengubah orang lain sesuai dengan pola pikirnya tanpa peduli bahwa setiap individu memiliki keunikan.  Berawal dari sifat ingin mengubah orang lain agar sesuai dengan keinginannya menyebabkan orang sering mengkritik orang lain (staf/bawahan, rekan kerja, keluarga, dll).
Sebagai orang yang menerima kritik, terimalah sebagai pemacu prestasi karena hampir semua tokoh-tokoh sukses di dunia adalah orang yang senang dikoreksi.  Ketidakmampuan untuk menerima kritik yang konstruktif menunjukkan bahwa seseorang memiliki harga diri yang rendah.  Lebih banyak ditemukan orang yang hanya ingin dipuji dan tidak terima bila dikritik.  Orang yang egois bahkan cenderung “menghakimi” daripada sekedar mengkritik.
Kebiasaan mengeluh juga akan sering ditemui pada orang-orang yang tidak memiliki “sikap bersyukur”.  Orang-orang yang sering atau selalu mengeluh dalam hidupnya juga menunjukkan sikap yang kekanak-kanakan (childish) karena selalu ingin diperhatikan.  Sikap suka mengkritik dan sikap selalu mengeluh merupakan cermin pribadi yang tidak dapat membangun team work sedangkan team work merupakan faktor utama dalam operasional suatu organisasi.  Kebiasaan mengkritik juga menandakan bahwa seseorang tidak puas dengan hasil kerja orang lain.
Kritik dan keluhan juga bisa menimbulkan dampak negatif pada organisasi yaitu komunikasi yang tidak tepat dan akan mengakibatkan :
  • Salah informasi (incorrect information)
  • Salah paham (miss understanding)
  • Tidak efisien (Inefficient)
  • Produktivitas menurun
  • Tersinggung
  • Berlanjut ke masalah lain (yang seharusnya tidak perlu dan mungkin sudah out of topic)

5.       Tersenyum dan selalu bersikap ramah (Gracious and Friendly)
Senyum meningkatkan nilai pada wajah serta memiliki efek menular.  Selain itu, senyum merupakan cara yang murah untuk memperbaiki penampilan.  Senyum yang tulus mengalir dari suasana hati yang gembira karena kebaikan.  Sebaliknya, senyum yang tidak tulus akan mudah dirasakan oleh orang yang menerimanya.  Jangan membiasakan menyimpan rasa sakit hati agar dapat memberikan keramahan dengan tulus.  Selalu bersikap ramah dan tersenyum merupakan cara komunikasi yang paling efektif untuk menunjukkan bahwa seseorang bersedia menerima dan melayani keberadaan orang lain.

6.       Jadilah pendengan yang baik (Be a good listener)
Mendengan menunjukkan bahwa seseorang memiliki kepedulian.  Menunjukkan sikap peduli kepada orang lain akan membuat orang tersebut merasa dirinya penting.  Cara melayani orang lain dengan optimal akan sangat ditentukan oleh seberapa kemampuan seseorang untuk menjadi pendengar yang baik.  Dengan menjadi pendengar yang baik, secara tidak langsung akan memenuhi kebutuhan tertinggi setiap manusia pada orang yang didengarkan, yaitu “merasa dihargai”.
Hubungan timbal balik akan diperoleh setelah seseorang mampu berperan sebagai pendengar terlebih dahulu.  Ketika hubungan timbal balik diterima maka gagasan, ide, solusi yang disampaikan akan lebih mudah diperhatikan.  Hindari perdebatan dan diskusikan apa yang perlu dikomunikasikan.

7.       Penghargaan (Reward)
Cara melayani dan menghargai orang lain dapat diwujudkan dalam bentuk “pengakuan khusus” yang dipublikasikan kepada umum.  Pemberian reward dapat memacu untuk bekerja lebih baik dan merupakan motivator yang efektif di dunia kerja.  Hubungan yang dapat bertahan lama adalah hubungan yang win - win dan bukannya hubungan sesaat atau sepihak.

MENINGKATKAN KUALITAS DIRI
1.       Mengubah diri sendiri
  • Satu-satunya hal yang sepenuhnya berada dalam kendali diri sendiri adalah mengubah diri
  • Kesediaan untuk mengubah perilaku seyogyanya adalah kehendak pribadi
  • Jangan berubah hanya karena untuk menyenangkan orang lain
2.       Untuk bisa lebih berhasil dalam kehidupan, seseorang perlu memiliki :
  • Rasa percaya diri yang kuat (Self Confidence)
  • Kemampuan mengendalikan diri (Self Control)
      Kemampuan mengendalikan kemarahan, rasa tidak puas, tidak sabar, kecewa dan tidak mudah terpancing oleh kekasaran orang lain.
  • Bahasa Tubuh (Body Language)
        Bahasa tubuh merupakan bahasa yang dapat dimengerti setiap orang.  Biasakan menggunakan bahasa tubuh yang positif.
  • Kesan pertama (First Impression)
       Usahakan untuk meninggalkan kesan pertama yang baik ketika bertemu dengan orang yang baru dikenal.  Tidak akan pernah ada kesempatan kedua untuk membuat kesan pertama (You’ll never get a second chance to make the first impression).
3.       Rendah hati (Humble)
Mau dikritik dan berani/mau minta maaf.
4.       Berbicara secara efektif
  • Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
  • Luwes dalam pergaulan
  • Peka dan punya persepsi yang tepat terhadap lingkungan
  • Dapat menguasai situasi
  • Memiliki keterampilan analisis (analizing skill) sehingga dapat memperkirakan hasil interaksi
5.       Memahami cara berkomunikasi yang baik dan tepat
  • Ekspresi wajah yang positif (Facial expression)
  • Posisi tubuh santai tapi berwibawa, anggun tapi bersahabat, dst (Body position)
  • Suara jelas, dapat didengar oleh lawan bicara terutama bila lebih dari satu orang (Good/Clear voice)
  • Pemenggalan kalimat yang pas dan penekanan kata dengan aksen yang tepat (Piece controls)
  • Pemilihan kata yang baik dan tepat (Choice of words)
  • Lakukan kontak mata terhadap lawan bicara (Ways of using the eyes)
6.       Memahami tipe hubungan interpersonal
  • Sikap Agresif
         I’m ok, you’re not ok
  • Sikap Submisif
          I’m not ok, you’re ok
  •  Sikap Asertif
          I’m ok, you’re ok

MEMBUAT KINERJA ORGANISASI YANG EFEKTIF
  • Buatlah orang lain merasa dirinya penting
  • Kemukakan gagasan secara transparan
  • Dahulukan kelompok
  • Pujilah keberhasilan di depan umum dan sampaikanlah kritik secara pribadi (sandwich system)
  • Gunakan kompetisi/persaingan untuk membuat pekerjaan menjadi permainan (reward system)
  • Melihat permasalahan dari keberadaannya dan dampaknya (bukan dari persoalannya)

MENJADIKAN KASIH (LOVE) SEBAGAI DASAR KOMUNIKASI DAN PELAYANAN

L     It’s for the way you look at me (tertuju)
O    It’s for the only one I see (fokus)
V    It’s very, very extraordinary (luar biasa)
E    It’s even more than anyone that you adore (segala-galanya)

Sumber Bacaan :
Hardjana, Agus M.; Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal; Penerbit Kanisius; Yogyakarta; 2007
Oetomo, Indayati; Materi Seminar Kepribadian (disampaikan dalam Fellowship Night - Rapat Daerah LC Bali dan Kupang tahun 2006); John Robert Powers; Denpasar; 2006
Wiryanto; Pengantar Ilmu Komunikasi; Grasindo; Jakarta; 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar